Jumat, April 03, 2009

0
PEMILU PALING RUMIT DI DUNIA

PEMILU DI INDONESIA PALING KEBANGETAN DI DUNIA



Pesta demokrasi di Indonesia kali ini bisa dikategorikan sebagai Pemilu paling mahal, bahkan terumit di dunia. Hal itu terlihat dari high cost baik national budget secara partai maupun perorangan calon anggota legislatif (Caleg), adanya benturan secara eksternal dan internal partai, model penandaan kertas suara, dan problem daftar pemilih tetap (DPT),

Dibalik kerumitan dan mahalnya biaya kampanye tersebut, ada juga nilai positif baru yakni adanya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menjadikan suara terbanyak sebagai alat ukur untuk menentukan Caleg terpilih. "Jadi, para Caleg harus berbuat maksimal. Dia harus masuk keluar desa dan perkampungan untuk mendapatkan dukungan warga dengan menggunakan banyak cara yang dibenarkan oleh Undang Undang (UU) Pemilu.

Ada enam aspek negatif pada Pemilu 2009 ini, pertama, adanya benturan para Caleg itu di internal partai politik (Parpol), juga antar Parpol peserta Pemilu secara cukup keras.
Kedua, biaya tinggi, ketiga, aturan mainnya rumit, keempat, penandaan contreng atau centang yang sulit diaplikasikan oleh pemilih buta huruf, kelima munculnya resiko gugatan antar caleg dan antar parpol untuk meraih kursi, serta keenam, keabsahan Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Sebanyak lebih dari 500.000 caleg akan bertarung untuk menjadi anggota dewan. Mereka akan bertarung di 2174 daerah pemilihan untuk memperebutkan 560 kursi anggota DPR, 132 kursi anggota DPD, lebih dari 17.100 ribu kursi anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

Pada pemilu 2009, jumlah penyelenggara dan biayanya juga bertambah besar. Dengan KPU Provinsi sebanyak 33; 480 KPU Kabupaten/Kota; sekitar 7.500 PPK (75.000 petugas PPK termasuk 5 PNS di tiap kecamatan); sekitar 80.000 PPS (240.000 petugas PPS termasuk 3 PNS di desa/kelurahan); sekitar 600.000 TPS; sekitar 4,2 juta petugas KPPS; 1.781 petugas KPPSLN dan 600.000 petugas pemutakhiran data pemilih. Dan sekitar 700.000 anggota Panwaslu.Ada sekitar 9,4 juta orang yang terlibat sebagai petugas penyelenggaraan Pemilu 2009. Jumlah pemilih mencapai 171,2 juta jiwa.

Kerumitan semakin bertambah jika ada sengketa atau perselisihan dari pihak-pi-hak yang melaporkan adanya dugaan kecurangan maupun pelanggaran pemilu. Bisa jadi diadakan pemungutan suara ulang, penghitungan suara ulang atau rekapitulasi ulang dan sebagainya.

Jika kita memperhatikan hal-hal di atas, selain potensi konfliknya begitu besar, kompleksitasnya juga sangat berat. Amerika dan negara-negara Eropa yang masyarakatnya maju, cerdas dan kaya saja tidak mengalami kerumitan seperti Pemilu di Indonesia. Maka tidak salah jika banyak pihak, termasuk dari Ketua KPU, Abdul Hafiz Anshary, Wapres Jusuf Kalla maupun beberapa Ketua KPU Provinsi di beberapa daerah yang menyatakan bahwa Pemilu Legislatif 2009 adalah Pemilu paling rumit di dunia.
Rabu, April 01, 2009

0
Partai Politik di Amerika Serikat

PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI REPUBLIK

Partai politik di Amerika Serikat: Ke puncak tanpa merayap - "Tak ada aparat, tak ada kekuasaan, tak ada pengaruh: Partai politik tidak memainkan peran penting di Amerika Serikat" (Oleh: Wolfgang Koydl)

“Partai di Amerika Serikat bukanlah kendaraan yang bisa membawa para politisi kepada kekuasaan”, jelas Jonathan Miller yang sejak bertahun-tahun menjadi penasehat dekat senator dari Partai Demokrat, Paul Sarbanes, dari negara bagian Maryland. “Partai merupakan semacam tempat bagi mereka yang ada dalam kekuasaan. Partai sendiri tidak memiliki banyak kekuasaan sendiri.” Hal ini bisa dilihat pada pra pemilu saat ini dimana muncul nama-nama pesaing atau penantang presiden George Bush.

Tidak ada kandidat presiden pesaing Bush yang membangun karir politiknya seperti layaknya terjadi dalam perkembangan politik kepartaian di Eropa, kecuali pada kasus Dick Gephardt yang kini pun sudah tersingkir dari persaingan. Tidak ada bendahara atau ketua organisasi pemuda partai seperti Organisasi Pemuda Sosialis di Jerman yang gigih berjuang dari bawah sampai menduduki posisi puncak. Lucunya, salah satu kandidat, Wesley Clark, yang juga telah tersingkir dari persaingan, beberapa minggu sebelum pengumuman pencalonannya bahkan tak tahu kalau dia wakil dari Partai Demokrat.

“Pribadi atau person selalu lebih penting dari partai atau program”, jelas Miller. Oleh sebab itu, selalu ada peluang bagi calon dari luar partai, misalnya calon presiden seperti Howard Dean dan Clark, atau Jimmy Carter, seorang gubernur dari negara bagian Georgia, dari kubu Partai Demokrat – Arnold Schwarzenegger, Ronald Reagan atau gubernur tak terkenal dari Texas, George Bush, pada kubu Republik. “Contoh yang paling bagus adalah Clinton. Ia tak ada hubungan apapun dengan Partai Demokrat, memulai karir sebagai orang luar dan menempatkan orang-orang terpercaya dari kalangannya pada posisi-posisi penting partai,” ujar Miller.

“Kalau dibandingkan dengan partai-partai di Eropa, daya tarik partai politik di AS jauh lebih kecil, baik ke luar maupun ke dalam”, demikian pendapat Kathryn Dunn Tenpas dari kelompok think-thank Brookings yang bermarkas di Washington. “Menjadi anggota partai sama sekali bukan aksi formal, itu tak lebih sekedar basa-basi.”

Bayangan bahwa peran parpol – seperti dalam UUD Pasal 21 – diatur dalam konstitusi tak lazim bagi cara berpikir Amerika. “Bahkan para pendiri Amerika khawatir akan pengaruh partai yang bisa merugikan dan memecah-belah rakyat dan awalnya mereka tak mau mengizinkan adanya partai politik,” ujar Dunn Tenpas.

Faktanya, saat ini di AS orang sama sekali tak perlu masuk sebuah partai untuk menjadi anggota. Cukup dengan menyatakan diri sebagai republikan atau demokrat atau menyumbang beberapa Dollar untuk organisasi partai pilihannya. Tidak ada iuran anggota dan hampir tak ada birokrasi partai, tak ada safari partai dan kegiatan-kegiatan sejenisnya.

Bisa jadi di tingkat yang paling rendah, yaitu tingkat kelurahan, juga ada semacam anak cabang atau ranting baik pada Partai Republik maupun pada Partai Demokrat. Tapi siapa berpikir bisa menemukan calon gubernur, senator atau bahkan presiden seperti halnya dalam sayembara pencarian bakat, maka dia akan kecele. Partisipasi dalam struktur partai sifatnya sukarela dan tak mendapat bayaran dan kalau dilihat dalam skala sosial ia masih berada di bawah aktifitas di POM sebuah sekolah.

Kelemahan dari Partai Republik dan Partai Demokrat ini makin terasa kalau kita ingat bahwa kedua partai di satu sisi jauh lebih tua daripada kebanyakan organisasi partai di Eropa, dan bahwa pengaruh mereka terhadap anggota dan wakil rakyat baru mulai hilang sekitar 40 tahun yang lalu. Orang-orang dari kubu demokrat memuji-muji bahwa partainya didirikan pada 1792 oleh pemikir intelektual besar dan mantan presiden Amerika Serikat Thomas Jefferson. Ini tidak sesuai benar dengan fakta karena Partai Demokrat saat ini baru lahir pada 1828 hasil dari pecahnya “Pengikut Partai Republik yang demokrat” yang diprakarsai Jefferson. Pendiri Partai Demokrat sesungguhnya adalah Andrew Jackson, presiden kelima Amerika dan terkenal dengan kebijakan luar negerinya “pukul dulu baru tanya kemudian” yang kemudian ditiru oleh George Bush.

Partai Republik dibentuk pada 1854 di negara bagian Wisconsin sebagai perkumpulan negarawan dari wilayah utara yang liberal. Partai ini memerangi perbudakan dan Partai Demokrat yang mengalami keterpurukan menjadi corong bahasa bagi penguasa budak di negara-negara bagian wilayah selatan. Tujuh tahun kemudian partai baru ini berhasil menguasai Gedung Putih dengan presiden yang paling menonjol dalam sejarah Amerika: Abraham Lincoln.

Sejak saat itu ada sistem dua partai, Partai Republik di satu pihak dan Partai Demokrat di pihak lain yang saling bergantian menduduki kekuasaan. Berkat sistem patronase yang diperhalus seperti yang masih bisa ditemukan di negara-negara seperti Turki, kedua partai besar ini memiliki pengaruh yang sangat besar hingga pertengahan abad ke-20. Apa yang disebut dengan mesin partai membagi-bagikan pekerjaan dan kedudukan, order dan daerah pemilihan di kota-kota seperti New York, Boston atau Chicago. Pada masa itu muncul kata bersayap “ruang belakang yang dipenuhi asap rokok” tempat petinggi partai memulai atau mengakhiri karir politik mereka.

“Era ini baru lewat beberapa dekade terakhir”, jelas Jonathan Miller. “Hubert Humphrey pada 1968 masih dinominasikan sebagai calon presiden dari Partai Demokrat tanpa pernah muncul sebelumnya dalam satu pra pemilu sekalipun. Pra pemilu hanya murni semacam lomba kecantikan, yang paling menentukan pada akhirnya adalah pembesar partai.” Namun tahun 60-an menandai awal dari berakhirnya sistem ini.

Media televisi yang terhitung masih baru melaporkan tentang kongres-kongres partai dan menuntut ditingkatkannya transparansi. Pada saat yang sama anggota kongres yang masih muda dari Partai Republik dan Partai Demokrat memberontak di Washington melawan konsep senioritas di Senat dan parlemen yang menyatukan semua kekuasaan di tangan para wakil rakyat yang sudah uzur. Anggota-anggota senior menduduki posisi pada komisi-komisi penting dan mereka membuat sub komisi-sub komisi baru dengan pos-pos tambahan.

“Loyalitas terhadap kepemimpinan partai menjadi makin tak penting, lalu yang menjadi fokus adalah komunikasi dengan rakyat”, kenang Miller. Para anggota DPR-nya Amerika Serikat beremansipasi dari kepemimpinan. Mereka langsung berkomunikasi dengan konstituen dalam rangka menggalang dana untuk kampanye dan mendapatkan suara. Perkembangan ini telah mengalami percepatan dalam beberapa tahun terakhir.

Walaupun Komite Nasional Partai Republik dan Partai Demokrat mengumpulkan uang untuk kampanye dari para wakil rakyat mereka, banyak kandidat yang percaya pada kualitas mereka sendiri untuk menggalang dana. “Hal ini membuat mereka tidak tergantung pada partai dan menciptakan suatu hubungan langsung dengan pemilih”, kata Miller.

“Tak ada seorangpun bisa mengambil daerah pemilihan dari seorang anggota dewan – kecuali pemilih itu sendiri”, demikian ujar karyawan di kongres tersebut. Tapi itu bukan berarti bahwa anggota dewan yang bandel tidak bisa didisiplinkan oleh pimpinan partainya di parlemen: “Hukumannya misalnya mereka tidak diberikan kedudukan di sebuah komisim dan pada pemilu berikutnya para petinggi partai akan mengirimkan kandidat saingan untuk pra pemilu. Tapi jika pemilih bisa mencium permainan ini ia akan memutuskan, dan tak ada hal apapun yang bisa dilakukan partai.”

Sumber : (Harian Süddeutsche Zeitung tanggal 19-2-2004)


Partai Demokrat (Democratic Party)
Didirikan: 1828

Warna: Biru
Ideologi politik: Liberalisme

Partai Demokrat AS (bahasa Inggris: Democratic Party) adalah salah satu dari dua partai
politik besar di Amerika Serikat; satunya lagi adalah Partai Republik. Partai Demokrat berhaluan tengah kiri/demokrat sosial meski kebijakan-kebijakannya tidak terlalu kiri dibandingkan dengan partai-partai buruh atau demokratis sosial di negara-negara lainnya.
Di AS sendiri, partai ini dikenal sebagai partai yang lebih "liberal", meski liberalisme ini merujuk kepada maknanya di AS.


Partai Republik (Republican Party)
Didirikan: 28 Februari 1854
Warna: Merah (tidak resmi)
Ideologi politik: Konservatif


Partai Republik, sering disingkat GOP untuk Grand Old Party (Partai Tua Besar) adalah salah satu dari dua partai politik besar di Amerika Serikat. Setelah pemilu paruh waktu 2006 partai ini kehilangan kedudukannya sebagai mayoritas dalam Senat dan Dewan Perwakilan AS. GOP adalah partai yang lebih konservatif di antara kedua partai besar.

Partai yang didirikan di Ripon Wisconsin pada 28 Februari 1854, sebagai sebuah partai yang melawan perbudakan dalam wilayah baru. Partai ini tidak boleh disamakan dengan Partai Demokratik-Republik AS-nya Thomas Jefferson atau Partai Republik Nasional AS-nya Henry Clay.

Konvensi pertama Partai Republik diadakan pada 6 Juli 1854 di Jackson, Michigan. Banyak dari kebijakan awalnya terinspirasi dari Partai Whig AS. Banyak dari anggota awalnya berasal dari Partai Tanah Bebas (Free Soil Party) dan Partai Amerika. Sejak didirikan, oposisi utamanya adalah Partai Demokrat.

Simbol resmi Partai Republik adalah gajah. Meski gajah telah sering dikaitkan dengan partai tersebut, sebuah kartun politik karya Thomas Nast, yang diterbitkan di Harper's Weekly pada 7 November 1874, dianggap penggunaan penting pertama simbol tersebut [1]. Pada awal abad ke-20, simbol tradisional Partai Republik di negara-negara bagian barat tengah seperti Indiana dan Ohio adalah elang, berlawanan dengan ayam jantan yang digunakan Demokrat. Simbol ini masih tampil dalam kertas suara di Indiana.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia

0
DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT)

DAFTAR PEMILIH TETAP DAN PEMILU YANG BERSIH

Pemilihan Gubernur Jawa Timur harus berlangsung sampai tiga putaran akibat dugaan kecurangan penentuan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT). Bukan hanya pemilu yang berulang, dugaan kecurangan DPT ini juga berbuntut pada pengunduran diri mantan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjen Pol. Herman SS dari dinas kepolisian. Dia merasa tidak puas atas penanganan kasus pelanggaran DPT oleh KPUD Jawa Timur. Jika kasus ini terbukti mungkin hasil Pemilihan Gubernur Jawa Timur juga dapat dipertanyakan lagi.

Polda Jawa Timur sebelumnya telah menetapkan Ketua KPUD Jawa Timur sebagai tersangka kasus kecurangan DPT Jawa Timur. Polisi menemukan dugaan 345.034 suara yang bermasalah atau sekitar 27,165 % dari jumah penduduk Kabupaten Sampang dan Kabupaten Bangkalan. Penyelidikan polisi menunjukkan jumlah pemilih dalam DPT di kedua kabupaten itu 1.224.619 orang yang tercatat pada 2.768 lembar salinan DPT di setiap tempat pemungutan suara. Dari jumlah itu, setelah dicocokkan dengan soft-copy KPUD Jatim, 345.034 data pemilih atau 27,65% diantaranya tidak benar. Sementara dari 368 lembar salinan DPT yang memuat 128.390 data pemilih diketahui ada 29.949 data yang tidak benar (Kompas, 17 Maret 2009). Meski belakangan pihak Polda Jatim menegaskan status Ketua KPUD Jawa Timur Wahyudi Purnomo bukan sebagai tersangka.

Kasus Jawa Timur ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya informasi Daftar Pemilih Tetap dalam menentukan apakah pemilu berlangsung dengan bersih atau tidak. Ketidakjelasan informasi tentang DPT akan berujung pada banyaknya sengketa hasil pemilu dan pada ujungnya akan menghambat dan mengancam kredibilitas pemilu.

Informasi DPT menjadi krusial karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru saja mengeluarkan revisi jumlah DPT untuk Pemilu 2009. DPT terbaru mencatat ada tambahan jumlah pemilih sebanyak 196.775 orang dibanding yang terdaftar di SK KPU Nomor 02 Tahun 2009. Melalui SK KPU Nomor 164 Tahun 2009, KPU menetapkan jumlah pemilih yang terdaftar untuk Pemilu 2009 sebanyak 169.789.595 orang.

KPU harus membuka atau mengumumkan jumlah pemilih yang terdaftar sehingga seluruh masyarakat dapat ikut mengawasi apakah Pemilu 2009 telah berlangsung bersih atau penuh dengan penyimpangan. KPU mungkin harus menyediakan dokumen nama-nama pemilih yang ada di seluruh Indonesia dan jika perlu memuatnya dalam website KPU. Atau minimal KPU memiliki soft-copy data pemilih seperti kasus KPUD Jatim. Dengan demikian masyarakat dapat mencocokkan apakah pemilih yang memberi suara sesuai dengan DPT yang telah disahkan KPU atau tidak.

Meskipun terkesan tidak praktis tapi langkah itu perlu dilakukan untuk menjamin partisipasi masyaraka dalam pemilu baik penyaluran hak pilih maupun pengawasan penyelenggaraan pemilu. Jika nama-nama pemilih dapat diakses dengan mudah, masyarakat dapat mengecek apakah namanya sudah terdaftar sebaga pemilih atau belum. Pemilu 2009 ini tidak memberikan kartu pemilih seperti Pemilu 2004. Masyarakat cukup membawa KTP dan tercantum dalam DPT. Selain dapat mengawasi apakah nama-nama yang tercantum di situ sudah tepat atau belum.

Partai politik dan lembaga pemantau pemilu harus memberikan perhatian besar terhadap jumlah DPT. Seperti dimuat Sindo (17 Maret 2009), kasus JawaTimur memberi pelajaran adanya tujuh modus kecurangan DPT: Nomor Induk Kependudukan (NIK) sama; NIK dan nama sama; NIK, nama, dan tempat tanggal lahir sama (TTL); NIK, nama, TTL dan alamat sama; NIK tidak standar; usia dibawah 17 tahun dan belum menikah; usia nol.

REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PEMILU 2009
No. Provinsi dan Luar Negeri Jumlah Pemilih
Sebelumnya (SK 02)
Jumlah Pemilih
Sekarang (SK 164)
Selisih
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3.003.222 3. 009.965 6.743
2 Sumatera Utara 9.132.184 9. 180.973 48.789
3 Sumatera Barat 3.144.383 3. 155.148 10.765
4 Riau 3.365. 980 3. 366. 383 403
5 Kepulaua Riau 1.145. 324 1. 131. 676 -13.648
6 Jambi 2.091. 673 2. 086. 780 -4.893
7 Sumatera Selatan 5. 146. 838 5. 192. 693 45.855
8 Bengkulu 1 .209. 052 1. 214. 171 5.119
9 Lampung 5. 351. 108 5. 351. 733 -26. 375
10 Bangka Belitung 782. 512 782. 255 - 257
11 DKI Jakarta 7. 010. 526 7. 026. 772 16. 246
12 Jawa Barat 29.030. 012 29. 002. 479 -27.533
13 Jawa Tengah 26.220. 227 26. 190. 629 -29.598
14 DI Yogyakarta 2.746. 032 2.75.761 5.729
15 Jawa Timur 29.294.127 29.514.290 220.163
16 Banten 6.567.658 6.581.587 13.929
17 Bali 2.666.419 2.667.065 646
18 Nusa Tenggara Barat 3.128.128 3.135.420 7.292
19 Nusa Tenggara Timur 2.764.569 2.760.518 -4.081
20 Kalimantan Barat 3.144.517 3.154.887 10.350
21 Kalimantan Tengah 1.495.635 1.506.244 10.609
22 Kalimantan Selatan 2.461.068 2.478.976 17.908
23 Kalimantan Timur 2.370.873 2.349.862 -2.011
24 Sulawesi Utara 1.667.500 1.679.814 12.314
25 Sulawesi Tengah 1.636.732 1.658.693 21.961
26 Sulawesi Selatan 5.627.642 5.630.977 3.335
27 Sulwesi Barat 746.862 753.203 6.341
28 Sulawesi Tenggara 1.484.636 1.487.818 3.182
29 Gorontalo 687.863 688.272 409
30 Maluku 1.016.088 1.020.421 4.333
31 Maluku Utara 692.239 691.863 - 376
32 Papua 2.190.516 2.064.532 -125.984
33 Papua Barat 509.580 521.735 12.155
34 Luar Negeri 1.509.892 1.474.847 -34.045
Jumlah Total 171.068.667 171.265.442 196.775

Sumber : www.kanalpemilu.net

0
Golput Dan Hak Asasi

Golput Adalah Hak Asasi

Menjelang hari- hari perhelatan akbar pesta demokrasi Indonesia, gerakan golput dari mahasiswa juga semakin kencang.

Sekira 25 orang yang menamakan diri Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Cabang Semarang, melakukan unjuk rasa di sekitaran Bundaran Air Mancur Jalan Pahlawan, Semarang, Jawa Tengah. Mereka menuntut agar segera dibangun organisasi politik yang melibatkan buruh, tani, mahasiswa, dan rakyat tertindas lainnya.

Mereka menyatakan, bahwa hingar bingar Pemilu 2009 merupakan buaian mimpi untuk melupakan sejenak dampak krisis global. Dikatakan pula, sepanjang Pemilu 1999, 2004 dan 2009 hak-hak politik rakyat telah dipersempit ruangnya oleh oligarki kekuasaan yang ada.

Para pemilik modal dengan bangunan partai politik selama ini mampu ikut serta dalam pemilu. “Seperti, pemilu-pemilu sebelumnya kami yakin pada 2009 inipun, tidak akan membawa rakyat pada sebuah perubahan yang sejati,” jelas Dicky, Ketua SMI Cabang Semarang, Sabtu (14/3/2009).

Namun demikian, Dicky mengakui bahwa rakyat Indonesia semakin cerdas dalam menyikapi Pemilu dengan semakin besarnya angka golput hingga mencapai 30 persen dari tiap pelaksanaan pemilu dan pilkada.

Pemilu 2009 bukanlah Pemilu rakyat. Kami minta agar seluruh warga menolak Pemilu 2009. Itu adalah pilihan pasti dan menyatukan kekuatan ke dalam sebuah wadah politik yang dibangun secara mandiri oleh rakyat,” tegas Dicky.

Mereka juga menyatakan, bahwa golput atau tindakan tidak menggunakan hak dalam Pemilu adalah suatu hak asasi manusia.


Golput itu Perbuatan Tidak Bertanggung Jawab

Partai Bulan Bintang (PBB) mengimbau agar semua kader dan masyarakat tidak golongan putih (Golput) dan memilih dalam pemilu 9 April mendatang.

“Jangan sampai golput, karena yang ngomong golput saja mencla mencle,” kata Ketua Majelis Syuro PBB Yusril Ihza Mahendra saat berorasi di depan massa PBB di Lapangan Blok S, Jakarta, Senin (23/3/2009).

Hal senada diungkapkan Ketua Umum PBB MS Kaban. Menurut Kaban, golput merupakan tindakan orang yang tidak bertanggung jawab.

“Sebab kita saat ini sedang mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tandasnya.

Sebelumnya, mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid menyerukan agar golput dalam pemilu mendatang. Saat itu, Gus Dur panggilan Abdurrahman Wahid, merasa kecewa dengan keputusan pengadilan yang memenangkan PKB kubu Muhaimin.

0
Golput Dalam Pemilu 2009

Pemilih Golput Kebanyakan Intelektual

Golput

Hasil survei yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, menunjukkan pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya (golongan putih) pada Pemilu Legislatif (Pileg) 9 April 2009 diperkirakan didominasi kalangan intelektual.

Ini mengkhawatirkan, karena masyarakat yang memilih golongan putih (golput), mayoritas dari kalangan intelektual yang berpendidikan tinggi,” jelas Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Keadilan Sejahtera (DPC-PKS) Kota Balikpapan, Syukri Wahid, Senin (30/3).

Menurut Syukri, banyaknya pemilih golput dari kalangan intelektual karena menganggap siapa pun caleg dan partainya yang duduk di kursi legislatif, tidak akan membawa perubahan apalagi perbaikan yang signifikan.

“Sikap apatis kalangan intelektual ini karena sudah bebrapa kali Pemilu, tapi tidak perubahan, kondisi Indonesia tetap tidak membaik,” ujarnya.

Syukri menyayangkan, sikap apatis kalangan intelektual ini sangat disayangkan. Sebab kalangan intelektual merupakan pemilih cerdas, yang keputusan politiknya sebenarnya punya peran penting untuk membawa perubahan di legislatif.

Sosok intelektual, lanjut Syukri, adalah tergolong orang pintar, sikap politik dan pilihan mereka sebenarnya sangat penting untuk membawa perubahan, jadi sebaiknya jangan golput.

Ia menambahkan, masyarakat kelas bawah yang diperkirakan akan banyak golput, karena kehidupannya selalu menjadi korban kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, malah tidak banyak golput. Justru mereka yang paling antusias menyambut Pemilu.

Syukri berharap, agar selama 8-10 hari ke depan KPUD menggiatkan sosialisasi Pemilu ke kalangan intelektual muda dan mahasiswa. Kalangan intelektual jangan sampai golput, suara mereka sangat penting untuk perubahan.

by pemiluindonesia.com

Selasa, Februari 03, 2009

0
DETIK-DETIK PEMILU DI INDONESIA

PARTAI PESERTA PEMILU INDONESIA 2009




Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2009 diselenggarakan secara serentak untuk memilih 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2009-2014. Pemilihan umum ini dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 9 April 2009.
Pemilihan Umum Anggota DPR dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka, dengan peserta pemilu adalah partai politik.
Pemilihan Umum Anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak, dengan peserta pemilu adalah perseorangan. Jumlah kursi anggota DPD untuk setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4 kursi, dengan daerah pemilihan adalah provinsi.

Pada 7 Juli 2008, Komisi Pemilihan Umum mengumumkan daftar partai politik yang dinyatakan lolos verifikasi faktual untuk mengikuti Pemilu 2009. Delapan belas di antara 34 partai politik nasional yang diumumkan adalah partai politik baru yang pertama kalinya mengikuti pemilu. Berikut nama 34 partai politik nasional peserta Pemilu Legislatif 2009: beserta nomor urutnya (tanda * menandakan partai yang mendapat kursi di DPR pada Pemilu 2004).


1. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
2. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)*
3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI)
4. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN)
5. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
6. Partai Barisan Nasional (Barnas)
7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)*
8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)*
9. Partai Amanat Nasional (PAN)*
10. Partai Perjuangan Indonesia Baru (PIB)
11. Partai Kedaulatan
12. Partai Persatuan Daerah (PPD)
13. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)*
14. Partai Pemuda Indonesia (PPI)
15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme)*
16. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)
17. Partai Karya Perjuangan (PKP)
18. Partai Matahari Bangsa (PMB)
19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)*
20. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK)*
21. Partai Republika Nusantara (RepublikaN)
22. Partai Pelopor*
23. Partai Golongan Karya (Golkar)*
24. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)*
25. Partai Damai Sejahtera (PDS)*
26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBK Indonesia)
27. Partai Bulan Bintang (PBB)*
28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)*
29. Partai Bintang Reformasi (PBR)*
30. Partai Patriot
31. Partai Demokrat*
32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI)
33. Partai Indonesia Sejahtera (PIS)
34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU)


41. Partai Merdeka
42. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI)
43. Partai Sarikat Indonesia (PSI)
44. Partai Buruh

PARTAI LOKAL ACEH :

35. Partai Aceh Aman Seujahtra (PAAS)[9]
36. Partai Daulat Aceh (PDA)
37. Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA)
38. Partai Rakyat Aceh (PRA)[10]
39. Partai Aceh (PA)
40. Partai Bersatu Aceh (PBA)


SURVEI

Survei-survei nasional yang dilakukan lembaga-lembaga survei pada tahun 2007 dan 2008 menunjukkan tiga tempat teratas kemungkinan akan diperebutkan oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar , dan Partai Demokrat, diikuti partai-partai Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan, serta partai baru Partai Hati Nurani Rakyat.



Sumber Waktu penyelenggaraan
Hasil

Lembaga Survei Indonesia

Sampel: 2.455
Batas kesalahan: 2,4%

8 - 18 Februari 2009 Partai Demokrat 24,3%, PDIP 17,3%, Partai Golkar 15,9%, PKS 5,7%, PKB 5,2%, PPP 5,0%, PAN 4,3%, Partai Gerindra 3,6%, Partai Hanura 2,0%, lain-lain 7,5% (masing-masing <=1,0%), belum tahu 9,0%

Lembaga Survei Indonesia

Sampel: 2.200
Batas kesalahan: 2,2%

10 - 22 Desember 2008 Partai Demokrat 23,0%, PDIP 17,1%, Partai Golkar 13,3%, PKB 4,8%, PKS 4,0%, Partai Gerindra 3,9%, PAN 3,4%, PPP 3,1%, Partai Hanura 1,3%, lain-lain 7,0% (masing-masing <1,0%),>

Lembaga Survei Nasional

Sampel: 1.225
Batas kesalahan: 2,8%

10 - 20 Desember 2008 PDIP 28,2%, Partai Demokrat 19,4%, Partai Golkar 13,5%, PKS 6,2%, Partai Gerindra 6,1%, PKB 4,5%, PAN 3,8%, PPP 2,8% dan Hanura 2,0%, lain-lain dan belum memutuskan ?

Lembaga Survei Indonesia

Sampel: 2.179
Batas kesalahan: 2%

26 Oktober - 5 November 2008 PD 16,8%, Golkar 15,9%, PDIP 14,2%, PKS 4,9%, PKB 4,6%, Gerindra 3,7%, PAN 3,2%, PPP 3,1%, PPDK 1,2 %, Hanura 1,1%, lainnya lk. 5% (masing-masing <1%),>

Lembaga Survei Indonesia

Sampel: 1.249
Batas kesalahan: 3%

8 - 20 September 2008 PDIP 18,6%, Golkar 18,5%, PD 12,1%, PKS 6,3%, PKB 5,7%, Gerinda 3,2%, PAN 2,7%, PPP 2,4%, Hanura 1,2%, PMB 1,0%, tidak tahu/belum menentukan 25,0%

Indonesian Research and Development
Institute
(KOMPAS)

Sampel: 2.600
Batas kesalahan: 1,9%

5 - 12 Juli 2008 PDIP 26,3%, Golkar 24,6%, PD 11,2%, PKS 9,1%, PKB 5,0%

Indo Barometer

Sampel: 1.200 orang
Batas kesalahan: ± 3%

5 - 16 Juni 2008 PDIP 23,8%, Golkar 12,0%, PD 9,6%, PKS 7,4% dan PKB 7,4%, PAN 3,5%, Hanura 2,3%, PPP 1,6%, lainnya 3,0% tidak tahu/belum menentukan 29,4%

Indo Barometer

Sampel: ?
Batas kesalahan: ?

Desember 2007 PDIP 25,3%, Golkar 18,0%, PD 13,8%, PKB 7,5%, PKS 5,2%, PPP 3,5%, PAN 3,2%, lainnya 6,0%, tidak tahu/belum menentukan 17,7%

Lembaga Survei Indonesia

Sampel: 1.300
Batas kesalahan: 2,8%

25 September – 2 Oktober 2007 PDIP 20%, Golkar 17,5%, PD 14%, PKB 4%, PKS 4%, PPP 4%, PAN 3%, lainnya 4,5%, tidak tahu/belum menentukan 29%

Indo Barometer (lihat Juni 2008)

Sampel: ?
Batas kesalahan: ?

Mei 2007 PDIP 18,8%, Golkar 17,8%, PD 12,5%, PKB 6,8%, PKS 4,7%, PPP 4,0%, PAN 3,5%, lainnya 4,8%, tidak tahu/belum menentukan 26,5%

Selasa, Januari 20, 2009

0
GEORGE BUSH & ANTEK-ANTEKNYA

KEBOHONGAN ELIT BARAT TENTANG ISRAEL

INILAH.COM, Jakarta - Duet Inggris-AS yang memihak Israel kerap kali digambarkan media barat secara abu-abu. Seorang wartawan senior Inggris Robert Fisk menilai kebohongan demi kebohongan menyelimuti aksi-aksi kejam Israel di jalur Gaza.
Ketika Israel menyerang Gaza, 28 Desember 2008 lalu dan menewaskan lebih dari 296 warga Palestina, Robert Fisk langsung bicara di TV Aljazera dan menulis di harian The Independent terbitan London.

“Para pemimpin terus berbohong, sementara korban sipil berjatuhan. Kita tidak pernah mau belajar dari sejarah,” tulis Robert Fisk hanya sehari setelah Israel membombardir Gaza, ibukota sementara Palestina.

Sejarah yang dimaksud Fisk adalah perang yang sudah berlangsung sejak 1948 dan faktanya selalu dimanipulasi. Israel selalu di pihak yang benar. Sementara setiap kali terjadi pertumpahan darah, pihak Arab dan Palestina selalu disalahkan.
Para pemimpin Barat yang dianggapnya berbohong adalah Inggris dan AS. Di pihak Inggris yang berbohong disebutnya Perdana Menteri Gordon Brown dan pendahulunya Tony Blair.
Tonny Blair bahkan secara khusus dikritiknya. Blair bukanlah orang yang tepat menjadi juru runding konflik Israel dan Palestina. Blair seusai melepas jabatannya Juni tahun lalu kemudian diangkat Uni Eropa menjadi Utusan Khusus Timur Tengah.
“Mana suara Blair? Untuk apa dia digaji? Berapa besar bayarannya? Bagaimana kemampuannya menyelesaikan konflik? Mengapa dia tidak turun ke Gaza?” tanyanya. Sedang pemimpin AS yang disebutnya tukang ngibul mulai dari George Bush senior, Bill Clinton dan George Bush junior.

Kebohongan Bush terlihat dari komitmennya kepada Israel yakni kedua pihak akan menggunakan secara bersama pesawat tempur F-18s dan senjata misil jenis Hellfire.

Sementara Bill Clinton saat kampanyenya dalam Pemilihan Presiden AS di 1993 secara eksplisit berjanji menggunakan istilah yang “cukup keras” sebagai sebutan bagi Israel. Artinya Clinton akan bersikap tegas dan tanpa kompromi kepada Israel. Tapi begitu terpilih, Clinton sama dengan Bush senior yakni berbohong.



Robert Fisk, 62, sudah 30 tahun menetap di Timteng. Selama tiga dekade ia melaporkan situasi kawasan itu terutama setiap konflik yang melibatkan Israel. Dari kacamata wartawan, Fisk dinilai cukup obyektif. Tercermin dari penilaian komunitas wartawan Inggris yang memberi penghargaan tertinggi karya jurnalistik.

Sementara pihak yang tidak suka dengan tulisan, laporan dan analisanya menuduh Fisk pendukung setia Palestina. “Fisk tidak banyak tahu keburukan Palestina”, komentar seorang pembaca yang menentang Fisk.

Tentang serangan Israel terhadap Gaza Desember lalu Fisk bertanya apakah wajar untuk kematian seorang warga Israel, Palestina harus kehilangan 300 nyawa?

Peristiwa ini mengingatkan perilaku Israel terhadap Libanon di 2006. Warga Israel yang terkena serangan roket Hisbullah di Libanon Selatan hanya satu orang. Tapi ketika Israel membalas, korban sipil Libanon 10 orang. Belum termasuk kerusakan gedung, kendaraan dan infrastruktur.

Ia mengingatkan siklus pola serangan Israel yang beralasan: serangan dibalas serangan. Dunia internasional pun dikecam karena jatuhnya korban rakyat sipil hanya disikapi dengan mengeluarkan himbauan agar kedua pihak menahan diri.

Secara sinis Fisk membuat perbandingan, permintaan menahan diri itu hanya mungkin dilakukan bila kedua pihak memiliki kekuatan berimbang. Namun Israel menyerang dengan pesawat tempur F-18s dan tank Marakav, sementara Palestina hanya 20 roket.
Dalam delapan tahun terakhir ini, Hamas telah menewaskan 20 orang tentara Israel. Tetapi dalam satu serangan kilat sehari, kata Fisk lagi, Israel bisa membunuh 300 orang warga Palestina.

Tentang alasan keamanan bagi warga Israel yang didengung-dengungkan pemimpinnya, Fisk menyatakan wajar saja. Tapi apakah warga lain tidak berhak memperoleh keamanan serupa.

Ia membandingkan perlakuan Israel terhadap Libanon. Sejak 1975, Israel telah membom Libanon ribuan kali dengan alasan menghancurkan sarang teroris. Namun sampai sekarang tak satupun pihak yang menjuluki Israel sebagai teroris!

Sebagai orang Inggris, Fisk juga mengingatkan konflik di Irlandia Utara. Konflik berkepanjangan itu tidak membuat Inggris membombardir markas Tentara Irlandia Utara (IRA) sekalipun berkali-kali bom meledak di London serta menewaskan warga Inggris.

Eskalasi yang terjadi di Gaza saat ini sangat serius. Karena Israel tetap keukeuh melakukan serangan darat sementara Hamas siap menjadi martir dengan resiko apapun.



Menurut Fisk sama saja mimpi jika Israel berharap serangan dapat meletakkan senjata Hamas dan menyerah. Hamas tahu, bila itu mereka lakukan, tetap saja akan dihancurkan Israel.

Lalu dimana keberadaan politisi Inggris dan AS di tengah situasi kritis ini? Secara sinis Fisk menyatakan, barangkali mereka sedang bersembunyi di got, pegunungan atau di tempat yang tidak terlihat. Namun yang tahu kelakuan mereka hanya bisa tersenyum. Begitulah kelakuan elitpolitisi.

dikutip dari Inilah.com



 
NgeBLOG Sak2'e Wae | © 2008 by Eko gopo | Supported by Blogger.com & Google.com | Tested by Blogger Templates